Yang Takkan Terlupakan
kalo liat foto-foto wisuda angkatan 3 MRI, jadi inget setahun yang lalu, yang akhirnya ceritanya dipake buat tugas akhir bahasa indonesia kelas 10....
Pagi, tanggal 21 Juni
2014. Pagi terakhir dimana aku tinggal di sebuah pesantren tempatku menimba
ilmu di sekolah menengah pertama. Tepatnya pagi sebelum acara haflah
akhirussanah. Seluruh kelas sembilan sedang bersiap-siap di asrama untuk mengikuti
prosesi wisuda. Aku sudah berpakaian rapih dan hendak sarapan.
Pagi itu, sebelum
sarapan, aku duduk di teras masjid akhwat yang letaknya persis di depan asrama.
Sembari memandang sebuah bangunan bertingkat dua. Sebuah bangunan yang
sederhana, dengan lantai satu yang berdinding tembok dan bercat hijau serta
lantai dua yang berdinding kayu dan bercat ungu. Bangunan yang mirip dengan
rumah panggung dan terdapat kolam dibawahnya. Bangunan yang tidak seratus
persen sempurna, dengan kayu yang pernah lapuk dan atap yang bocor saat hujan. Bangunan
yang kutinggali saat pertama aku merasakan menjadi siswa boarding. Pertama kali
aku belajar untuk mandiri, tidak tergantung kepada orangtua. Pertama kali aku
merasakan tinggal satu atap bersama teman seperjuangan. Mereka yang telah
menjadi guru bagi pengalaman hidupku, mereka yang telah mewarnai penuh
kosongnya sebuah kertas putih dan lebih indah dari warna pelangi, bersama
mereka aku meraih mimpi. Mengejar segala cita dan angan hingga akhirnya kami
akan lulus pada hari ini juga.
“shobe, makan bareng
yuk,” ajakku pada salah satu teman sekelasku yang bernama Shabira. Aku pun
sarapan bersama kedua temanku, Shobe dan Icha. Mereka juga telah berpakaian
rapih. Satu tempat bertiga, dengan memakai tutup box makanan sebagai alas. Lauk
sarapan pagi itu teri kacang panjang. Di pesantrenku memang sudah menjadi
kebiasaan beberapa temanku makan bersama dengan alas tutup box, cara makan yang
sangat terasa kebersamaannya, terutama saat terakhir seperti ini. Maka itu aku
mengajak kedua temanku untuk sarapan bersama, mumpung hari terakhir.
Entah mengapa, pagi itu
aku masih tak percaya. Hari ini aku akan diwisuda dan menjadi alumni sekolah
ini. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, teringat tiga tahun yang lalu saat
pertama kali aku menginjak tempat ini, saat aku mulai memasuki kamar baruku dan
menata barang-barangku. Kini barang-barangku yang dulu kubawa saat kelas tujuh
sudah kubereskan semua untuk dibawa pulang kembali. Teringat malam tadi, malam
terakhir aku tinggal disini.
Kemarin siang, setelah
zhuhur. Seluruh kelas sembilan ikhwan dan akhwat, juga beberapa kelas delapan dan tujuh yang
tampil saat haflah akhirussanah akan berangkat menuju GOR di Kostrad untuk
gladi resik. Jaraknya dari sekolahku terbilang dekat jika ditempuh dengan
kendaraan, namun agak jauh jika berjalan kaki. Kamipun akhirnya berjalan kaki
menuju tempat itu.
Tak perlu menunggu waktu lama, kami sampai di
GOR. Saat itu panggung tengah ditata. Kami menunggu dan duduk di kursi GOR.
Latar belakang panggung mulai dipasang. Kursi-kursi pun ditata dengan rapih.
Waktu terus berjalan hingga matahari hampir tenggelam. Setelah shalat maghrib, kami
makan dengan nasi dan lauk yang sudah dibawakan dari asrama dengan kertas nasi.
Kami makan malam bersama-sama dan duduk di kursi GOR, makan malam terakhir
bersama mereka semua. Setelah makan, aku mengajak salah satu temanku untuk
membeli aqua gelas karena aku tidak membawa air minum. Akupun beranjak menuju
warung yang tidak jauh dari tempat ini bersama temanku yang kebetulan juga akan
jajan.
Malam ini benar-benar
malam yang paling indah dari seluruh malam yang aku rasakan selama tiga tahun
bersama mereka. Kami berkeliling sekitar GOR sambil membeli jajanan diluar dan
bercengkrama dengan beberapa kelas delapan sebelum kami shalat isya’. Kemudian
melanjutkan latihan kembali dan pastinya sebelum berpisah besok.
Jam sudah menunjukkan
pukul sepuluh malam. Kami pun segera pulang menuju asrama dan tiba disana
ketika larut malam. Walaupun malam di hari terakhir ini tidak sepenuhnya
kulalui di asrama, aku tetap merasa senang. Aku segera bersiap-siap untuk
tidur.
Malam kemarin adalah
malam yang tak akan pernah kulupakan. Tak terasa, waktu terus berjalan hingga
hari hampir siang. Acara haflah akhirussanah telah selesai. Tentu saja, kami
semua angkatan dua akhwat berfoto
terlebih dahulu di panggung bersama para guru. Kami semua saling bersalaman.
Tak sedikit diantara kami yang meneteskan air mata. Ah, rasanya aku tak mau
hari ini berubah menjadi kenangan. Alhamdulillah, tiga tahun kulalui dengan
hasil yang memuaskan. Aku mengikuti wisuda tahfizh bersama kelima belas temanku yang lainnya. Aku sangat bersyukur
walaupun tidak mendapat peringkat tiga besar di kelas seperti tahun lalu tetapi
peringkat keempat. Walaupun nilai UN ku tidak sebagus mereka yang diatas
sembilan, setidaknya nilai akhirku diatas delapan, itu sudah cukup.
Ketika aku tengah
bersiap-siap untuk pulang bersama orangtuaku, seseorang menghampiriku dan
memanggil. Aku menoleh, ia memberikan sebuah plastik berisi bingkisan. Akupun
berterimakasih kepadanya, dia adalah salah seorang siswi kelas delapan yang
pernah berkenalan denganku saat pertama masuk. Dia adalah adik kelas yang
paling berkesan bagiku.
Semuanya tak akan pernah kulupakan.
Hari ini, hari kemarin, juga selama tiga tahun ini. Guru-guru, para staff, adik
kelas, kakak kelas, dan pastinya teman-teman seangkatan. Kenangan ketika pekan
orientasi kelas tujuh, ramadhan pertama kelas tujuh, mukhayyam, CTL, rihlah
kubra, AMT, belajar bersama sebelum UN, bermaaf-maafan dengan guru sebelum UN,
saat kami bandel dan membuat guru marah di kelas, berdebat dengan kakak kelas
atau adik kelas, kabur, kehabisan jatah makan, bercanda di kamar, kebanjiran,
dan masih banyak lagi kisah-kisah indah yang tak bisa dituliskan semua disini
Tak peduli sekolah
menengah pertama itu bagus atau tidak, aku tetap bersyukur dapat menimba ilmu
selama tiga tahun di tempat itu, karena jika bukan tanpa itu aku tak akan bisa
berbahasa arab, memahami ilmu nahwu sharaf, rajin menambah dan memurajaah
hafalan, terbiasa tinggal di asrama, dan berbagai hal-hal baru lainnya.
Sore telah tiba. Aku
duduk di teras masjid bersama ibu dan adikku dengan seluruh barang-barang yang
sudah dipack. Sebelum meninggalkan tempat ini, aku memfoto asrama tempat
kutinggal dengan ponselku. Selamat tinggal sekolahku, asramaku, di lain waktu
tepatnya saat pengambilan ijazah dan buku tahunan aku akan kesini lagi bersama
teman-temanku.
It's been a
long day without you, my friend
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began
Oh, I'll tell you all about it when I see you again
When I see you again
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began
Oh, I'll tell you all about it when I see you again
When I see you again
Tak terasa, sepuluh bulan
telah berlalu. Kini aku sudah menjadi siswi putih abu di sebuah sekolah
menengah atas di Bogor, masih menjadi anak asrama. Tidak sedih ditinggal
orangtua seperti pertama kali kelas tujuh, karena sudah terbiasa. Waktu tiga
tahun itu telah menjadi guru bagi pengalaman hidupku untuk menjadi yang lebih
baik lagi di SMA. Lagu soundtrack sebuah film yang aku dengar saat ini mengingatkanku
kepada mereka semua, 58 anak alumni angkatan dua akhwat SMPIT Rahmaniyah. Saat
ini pula kuketik kisah yang tak pernah kulupakan itu untuk mengerjakan tugas
bahasa indonesia.
1 comments:
Terimakasih, dari penjual kamar set , tempat tidur jati , meja rias jati , Lemari Pakaian Jati
REPLY