Sunday, June 14, 2015

kalo liat foto-foto wisuda angkatan 3 MRI, jadi inget setahun yang lalu, yang akhirnya ceritanya dipake buat tugas akhir bahasa indonesia kelas 10....

Pagi, tanggal 21 Juni 2014. Pagi terakhir dimana aku tinggal di sebuah pesantren tempatku menimba ilmu di sekolah menengah pertama. Tepatnya pagi sebelum acara haflah akhirussanah. Seluruh kelas sembilan sedang bersiap-siap di asrama untuk mengikuti prosesi wisuda. Aku sudah berpakaian rapih dan hendak sarapan.
Pagi itu, sebelum sarapan, aku duduk di teras masjid akhwat yang letaknya persis di depan asrama. Sembari memandang sebuah bangunan bertingkat dua. Sebuah bangunan yang sederhana, dengan lantai satu yang berdinding tembok dan bercat hijau serta lantai dua yang berdinding kayu dan bercat ungu. Bangunan yang mirip dengan rumah panggung dan terdapat kolam dibawahnya. Bangunan yang tidak seratus persen sempurna, dengan kayu yang pernah lapuk dan atap yang bocor saat hujan. Bangunan yang kutinggali saat pertama aku merasakan menjadi siswa boarding. Pertama kali aku belajar untuk mandiri, tidak tergantung kepada orangtua. Pertama kali aku merasakan tinggal satu atap bersama teman seperjuangan. Mereka yang telah menjadi guru bagi pengalaman hidupku, mereka yang telah mewarnai penuh kosongnya sebuah kertas putih dan lebih indah dari warna pelangi, bersama mereka aku meraih mimpi. Mengejar segala cita dan angan hingga akhirnya kami akan lulus pada hari ini juga.
“shobe, makan bareng yuk,” ajakku pada salah satu teman sekelasku yang bernama Shabira. Aku pun sarapan bersama kedua temanku, Shobe dan Icha. Mereka juga telah berpakaian rapih. Satu tempat bertiga, dengan memakai tutup box makanan sebagai alas. Lauk sarapan pagi itu teri kacang panjang. Di pesantrenku memang sudah menjadi kebiasaan beberapa temanku makan bersama dengan alas tutup box, cara makan yang sangat terasa kebersamaannya, terutama saat terakhir seperti ini. Maka itu aku mengajak kedua temanku untuk sarapan bersama, mumpung hari terakhir.
Entah mengapa, pagi itu aku masih tak percaya. Hari ini aku akan diwisuda dan menjadi alumni sekolah ini. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, teringat tiga tahun yang lalu saat pertama kali aku menginjak tempat ini, saat aku mulai memasuki kamar baruku dan menata barang-barangku. Kini barang-barangku yang dulu kubawa saat kelas tujuh sudah kubereskan semua untuk dibawa pulang kembali. Teringat malam tadi, malam terakhir aku tinggal disini.
Kemarin siang, setelah zhuhur. Seluruh kelas sembilan ikhwan dan akhwat,  juga beberapa kelas delapan dan tujuh yang tampil saat haflah akhirussanah akan berangkat menuju GOR di Kostrad untuk gladi resik. Jaraknya dari sekolahku terbilang dekat jika ditempuh dengan kendaraan, namun agak jauh jika berjalan kaki. Kamipun akhirnya berjalan kaki menuju tempat itu.
      Tak perlu menunggu waktu lama, kami sampai di GOR. Saat itu panggung tengah ditata. Kami menunggu dan duduk di kursi GOR. Latar belakang panggung mulai dipasang. Kursi-kursi pun ditata dengan rapih. Waktu terus berjalan hingga matahari hampir tenggelam. Setelah shalat maghrib, kami makan dengan nasi dan lauk yang sudah dibawakan dari asrama dengan kertas nasi. Kami makan malam bersama-sama dan duduk di kursi GOR, makan malam terakhir bersama mereka semua. Setelah makan, aku mengajak salah satu temanku untuk membeli aqua gelas karena aku tidak membawa air minum. Akupun beranjak menuju warung yang tidak jauh dari tempat ini bersama temanku yang kebetulan juga akan jajan.
Malam ini benar-benar malam yang paling indah dari seluruh malam yang aku rasakan selama tiga tahun bersama mereka. Kami berkeliling sekitar GOR sambil membeli jajanan diluar dan bercengkrama dengan beberapa kelas delapan sebelum kami shalat isya’. Kemudian melanjutkan latihan kembali dan pastinya sebelum berpisah besok.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami pun segera pulang menuju asrama dan tiba disana ketika larut malam. Walaupun malam di hari terakhir ini tidak sepenuhnya kulalui di asrama, aku tetap merasa senang. Aku segera bersiap-siap untuk tidur.
Malam kemarin adalah malam yang tak akan pernah kulupakan. Tak terasa, waktu terus berjalan hingga hari hampir siang. Acara haflah akhirussanah telah selesai. Tentu saja, kami semua  angkatan dua akhwat berfoto terlebih dahulu di panggung bersama para guru. Kami semua saling bersalaman. Tak sedikit diantara kami yang meneteskan air mata. Ah, rasanya aku tak mau hari ini berubah menjadi kenangan. Alhamdulillah, tiga tahun kulalui dengan hasil yang memuaskan. Aku mengikuti wisuda tahfizh bersama kelima belas  temanku yang lainnya. Aku sangat bersyukur walaupun tidak mendapat peringkat tiga besar di kelas seperti tahun lalu tetapi peringkat keempat. Walaupun nilai UN ku tidak sebagus mereka yang diatas sembilan, setidaknya nilai akhirku diatas delapan, itu sudah cukup.
Ketika aku tengah bersiap-siap untuk pulang bersama orangtuaku, seseorang menghampiriku dan memanggil. Aku menoleh, ia memberikan sebuah plastik berisi bingkisan. Akupun berterimakasih kepadanya, dia adalah salah seorang siswi kelas delapan yang pernah berkenalan denganku saat pertama masuk. Dia adalah adik kelas yang paling berkesan bagiku.
Semuanya tak akan pernah kulupakan. Hari ini, hari kemarin, juga selama tiga tahun ini. Guru-guru, para staff, adik kelas, kakak kelas, dan pastinya teman-teman seangkatan. Kenangan ketika pekan orientasi kelas tujuh, ramadhan pertama kelas tujuh, mukhayyam, CTL, rihlah kubra, AMT, belajar bersama sebelum UN, bermaaf-maafan dengan guru sebelum UN, saat kami bandel dan membuat guru marah di kelas, berdebat dengan kakak kelas atau adik kelas, kabur, kehabisan jatah makan, bercanda di kamar, kebanjiran, dan masih banyak lagi kisah-kisah indah yang tak bisa dituliskan semua disini
Tak peduli sekolah menengah pertama itu bagus atau tidak, aku tetap bersyukur dapat menimba ilmu selama tiga tahun di tempat itu, karena jika bukan tanpa itu aku tak akan bisa berbahasa arab, memahami ilmu nahwu sharaf, rajin menambah dan memurajaah hafalan, terbiasa tinggal di asrama, dan berbagai hal-hal baru lainnya.
Sore telah tiba. Aku duduk di teras masjid bersama ibu dan adikku dengan seluruh barang-barang yang sudah dipack. Sebelum meninggalkan tempat ini, aku memfoto asrama tempat kutinggal dengan ponselku. Selamat tinggal sekolahku, asramaku, di lain waktu tepatnya saat pengambilan ijazah dan buku tahunan aku akan kesini lagi bersama teman-temanku.

It's been a long day without you, my friend
                    And I'll tell you all about it when I see you again
                    We've come a long way from where we began
                    Oh, I'll tell you all about it when I see you again
                    When I see you again


Tak terasa, sepuluh bulan telah berlalu. Kini aku sudah menjadi siswi putih abu di sebuah sekolah menengah atas di Bogor, masih menjadi anak asrama. Tidak sedih ditinggal orangtua seperti pertama kali kelas tujuh, karena sudah terbiasa. Waktu tiga tahun itu telah menjadi guru bagi pengalaman hidupku untuk menjadi yang lebih baik lagi di SMA. Lagu soundtrack sebuah film yang aku dengar saat ini mengingatkanku kepada mereka semua, 58 anak alumni angkatan dua akhwat SMPIT Rahmaniyah. Saat ini pula kuketik kisah yang tak pernah kulupakan itu untuk mengerjakan tugas bahasa indonesia. 

1 comments:

Notes By Me . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates